Di Perigiq juga terdapat
kelompok tani rotan “Jepung Moyung Sempekat” diketuai Bapak Ahong dengan jumlah
anggota mencapai 100 orang dari 4 RT di kampung tersebut. Jumlah Kepala
Keluarga (KK) di kampung Perigiq sekitar 78 KK. Karakteristik masyarakatnya
berladang, tukang kayu dan bekerja di perusahaan. Ada beberapa perusahaan besar
di sekitar kampung yakni PT. Gunung Bayan Pratama Coal (Batubara), PT. LONSUM
Indonesia dan PT. Gelora Mahapala (Perkebunan Kelapa Sawit).
Jenis rotan yang ditanam di
kebun adalah pulut merah . Rata-rata petani rotan memiliki luas kebun antara
0,5 – 2 hektar. Masalah harga jual yang rendah juga menjadi kendala produksi
rotan di Perigiq. Harga ideal yang diharapkan petani adalah antara Rp. 5.000,-
hingga Rp. 6.000,-. Menurut keterangan masyarakat setempat potensi kampung
Perigiq dapat mencapai ± 30 ton rotan basah pulut merah dalam sekali panen.
Selama pelaksanaan survey di
kampung ini, tim mengalami kendala yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemui
di Mancong, yakni kerapatan tumbuh rotan jenis pulut merah ini sangat tinggi
sehingga sangat sulit untuk menembus kebun apalagi menghitung rumpunnya.
Sebagian besar petani yang dijadikan responden juga menolak untuk membuat
rintisan-rintisan di dalam kebunnya karena pasti akan memotong batang-batang
rotan yang ada di dalam kebun. Selain itu, dikhawatirkan apabila telah
terbentuk lorong-lorong bekas survey akan memudahkan hama (baca: monyet) untuk
masuk ke kebun dan memakan bagian pucuk rotan yang bisa mematikan rotan tersebut.
Pada kebun yang tidak dapat
dilakukan sensus hanya diukur dan dipetakan posisi kebun dengan menggunakan GPS
(apabila memungkinkan mendapatkan sinyal yang cukup). Jumlah bidang kebun yang
diukur sebanyak 6 buah milik 6 orang petani. Tambahan informasi dilakukan
melelui pengisian kuesioner untuk setiap pemilik kebun yang disurvey. Untuk
data penunjang juga di buat 2 Petak Ukur (PU) di kawasan non kebun untuk
mengetahui kelimpahan rotan alam.
No comments:
Post a Comment