Muara Nayan memiliki ± 20
orang petani rotan yang masing-masing memiliki rata-rata lebih dari satu kebun
rotan dengan luas rata-rata 1 Ha yang selama 5 tahun terakhir ini tidak pernah
lagi di panen dan kurang dirawat. Hal ini dikarenakan banyaknya pencuri rotan
yang tentu saja tidak peduli dengan rumpun yang disisakan, sehingga tidak
jarang ditemukan rumpun-rumpun yang sudah cukup dewasa mati dan membuat petani
malas untuk merawat.
Hal yang menjadi kendala
dalam perawatan dan penjagaan kebun selain pencurian di atas antara lain :
- Jauhnya jarak kebun dari pemukiman (± 20 Km ),
- Hasil yang dapat dipanen setelah sekian lama menunggu tidak sesuai dengan kebutuhan,
- Butuh biaya untuk pelaksanaan perawatan (transportasi, makan, rokok, dll),
- Pekerjaan menjadi buruh harian di Perkebunan kelapa sawit lebih menjanjikan (Rp. 25.000, per hari untuk bagian perawatan),
- Status kebun masih banyak yang kurang jelas (batas, luas dan letaknya),
- Hewan liar yang cukup senang memakan pucuk rotan yang berbunga sulit disingkirkan.
Sebagian besar kebun warga
yang jauh dari kampung berada dilereng dengan dominasi jenis Sega, sebagian
Jelayan, Botet, Danan dan Pulut. Sementara kebun yang berada dekat dengan
kampung berada di dempak dengan tanah liat yang didominasi oleh jenis Pulut dan
sebagian kecil Sega. Petani rotan yang ada lebih cenderung memilih untuk
menunggu sampai rotan mencapai panjang maksimal untuk dipanen dari pada harus
mengambil sedikit demi sedikit. Menurut mereka hasilnya tidak seberapa justru
bisa mengganggu rotan yang lain utamanya yang masih muda sehingga kadangkala
mati. Setelah kebakaran sangat sedikit pohon rambatan yang terdapat dalam kebun
dan petani juga lebih cenderung untuk menebang pohon yang ada, alasannya agar
rumpun rotan cukup mendapatkan cahaya.
No comments:
Post a Comment