Friday, January 11, 2013

BEKOKONG, kAMPUNG TRANSLOKAL YANG BUDIDAYAKAN ROTAN



Kampung Bekokong merupakan wilayah transmigrasi yang awalnya terdiri dari 320 KK tapi saat ini hanya tersisa 60 KK yang sebagian besar adalah trans lokal. Banyak warga yang memiliki kebun rotan baik itu warisan ataupun tanam sendiri namun saat ini yang dapat dipastikan memiliki kebun rotan setelah kebakaran 1997 hanya 11 orang yang rata-rata memiliki satu bidang kebun dengan hasil yang cukup banyak bahkan ada satu petani yang memiliki 2 bidang kebun yang cukup rapat dan terhindar dari kebakaran.

Masalah yang dihadapi selama ini antara ini :
  1. Sulitnya memperoleh bibit ataupun benih setelah kebakaran karena kurangnya induk yang tersisa ,
  2. Banyaknya pencurian ,
  3. Rendahnya harga penjualan,
  4. Sulitnya transportasi dalam pemasaran,
  5. Kebun yang telah lama ada sulit dijangkau (jauh dari kampung),
  6. Kurangnya tenaga untuk menanam kembali lahan yang kosong setelah kebakaran.
Kebun warga sebagian besar berada dilereng dengan tanah liat. Saat ini kebun yang baru ditanami kembali rata-rata berjarak 3 X 3 m tanpa pohon rambatan. Alasannya agar lebih mudah masuk pada saat dibersihkan dan dipanen. Hanya saja masalah yang muncul dalam sistem ini anakan rotan akan sulit untuk tumbuh baik tanpa naungan dan sebagian batang yang mermbat di tanah akan rusak dimakan ulat sehingga hasilnya juga tidak akan maksimal. Dilain pihak, anakan rotan yang ditanam diatas areal bekas kebakaran akan bersaing dengan laju pertumbuhan alang-alang yang begitu cepat.

No comments:

Post a Comment